Berdasarkan kemampuan mengonsumsi, memilih jenis dan menentukan jumlah makanan, balita merupakan golongan konsumen semi pasif atau semi aktif, sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau pengasuhnya. Pada masa ini pula terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi ke makanan dewasa. Hal tersebut sering menimbulkan masalah makan yang dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi nutrien dan malnutrisi sehingga menurunkan nafsu makan. Defisiensi nutrien yang berhubungan dengan nafsu makan adalah defisiensi seng, karena seng berfungsi sebagai metalo-enzim dan mengakibatkan berkurangnya ketajaman rasa.
Faktor psikososial sering menjadi penyebab hambatan perkembangan ketrampilan makan yang umumnya terjadi sejak lahir hingga berusia 4 tahun. Diduga terdapat periode sensitif ketika terjadi respon optimal terhadap rangsang (contoh: jenis makanan) dan bila masa kritis ini terlampaui ketrampilan makan tertentu seperti mengunyah lebih sulit dipelajari oleh bayi. Hal ini akan menimbulkan masalah makan selanjutnya. Paksaan sewaktu makan pada anak-anak menimbulkan perasaan tidak menyenangkan pada waktu makan mengakibatkan anak anti terhadap makanan. Hubungan emosional antara ibu-anak sangat berperan dalam terjadinya masalah makan dan Kanner mengidentifikasi 3 faktor utama yang berperan yaitu sosiokultural serta pengaturan makan yang ketat, sikap ibu yang obsesif dan memaksa, respon infantil terhadap ibu.
Sifat yang menonjol pada masa balita adalah rasa ingin tahu terhadap segala hal di sekitarnya sehingga perhatian terhadap makanan berkurang dan seringkali menolak makanan yang diberikan. Oleh karena itu penyajian makanan yang menarik sangat penting sehingga perhatian anak bisa dialihkan kembali kepada makanan.
Kebijakan pemberian makanan pada bayi oleh UNICEF WHO dan IDAI adalah memberikan ASI segera setelah lahir sampai 1 jam pertama, memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, setelah 6 bulan memberikan makanan pendamping ASI serta tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.
Makanan pendamping ASI harus diberikan secara bertahap dari bentuk encer ke padat, makanan diperkenalkan satu persatu dan diberikan pada waktu lapar. Oleh karena itu jadwal pemberian makanan pendamping ASI sangat penting yaitu makanan pokok diberikan 3 kali ( pagi, siang dan malam), makanan selingan 2 kali (jam 10.00 dan jam 16.00) dan ASI/PASI 3 kali (bangun pagi, sebelum tidur siang dan malam).